Minggu, 28 Agustus 2011

RESTORAN MINANG DI AMERIKA

sumber : http://www.padangekspres.co.id/


Gaya hidup manusia yang makin sibuk, selalu berpacu dengan waktu, menyebabkan restoran cepat saji (fast food) tumbuh menjamur di mana-mana. Restoran cepat saji seperti Kentucky Fried Chicken (KFC), Mc Donal, Dunkin Donats dan sejumlah nama restoran lainnya tumbuh menjamur di berbagai negara di seluruh pelosok dunia. Fast food telah menjadi gaya hidup warga dunia.

Di belakangnya ada satu jenis restoran yang juga bisa tumbuh dan diterima di berbagai daerah, yaitu Restoran Minang yang lebih dikenal dengan sebutan Rumah Makan Padang. Di Indonesia, boleh disebut bahwa Restoran Minang telah menjadi tuan rumah di belahan mana pun di negeri ini. Di berbagai negara, restoran Minang juga mulai terlihat muncul.

Dilihat dari cara penyajiannya, Restoran Minang bisa digolongkan ke dalam restoran fast food. Di Rumah Makan Minang, pengunjung bisa langsung menikmati makanan yang diinginkan dalam waktu singkat. Siap saji, cepat dan lezat, tentunya. Faktor ini merupakan salah satu alasan kenapa restoran Minang bisa diterima dimana-mana, termasuk di mancanegara.

Tentu, faktor inilah yang membuat Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Pati Djalal menggagas dan mengajak pengusaha Minang untuk mendirikan Restoran Minang di negara pusat perekonomian dunia tersebut. Memang sejumlah restoran Minang telah berdiri di sejumlah kota di AS. Namun menurut putra Minang ini, restoran Minang yang ada masih untuk kalangan menengah ke bawah, masih dibutuhkan dan terbuka peluang untuk mendirikan restotan Minang untuk kalangan menengah ke atas.  

Berdasarkan pengalaman, menurut Dino, kalangan menengah dan atas Amerika Serikat juga sangat menyukai cita rasa masakan Minang yang spesifik. Saat berkunjung ka Indonesia, umumnya mereka memilih menu masakan Minang untuk dinikmati. Para ekspatriat (warga Amerika yang bekerja di Indonesia) juga sudah terbiasa dengan suguhan masakan Minang.

Memang diperlukan sejumlah modifikasi tentunya, agar restoran Minang bisa diterima oleh kalangan atas Amerika bahkan di negara-negara maju manapun nantinya. Pertama adalah masalah standar kebersihan, baik cara pengolahan makanan, maupun kebersihan restoran. Kedua adalah masalah cara penyajian.

Cara penyajian yang perlu dimodifikasi adalah cara penyajian gulai (lauk-pauk) dan sayuran. Konsumen kalangan atas menginginkan, gulai, lauk-pauk atau sayur-mayur yang sudah dihidangkan tidak ditarik lagi, kemudian dihidangkan lagi ke pengunjung lain. Dalam pandangan kita orang Minang, hal ini tidak menjadi masalah dan merupakan hal biasa. Namun dalam kacamata masyarakat di negara-negara maju hal ini tidak sesuai dengan estetika dan dianggap tidak higienis. Jika memang cocok, berapapun harga yang harus dibayar, tak masalah bagi mereka.

Namun, nampaknya untuk mengubah kebiasaan ini bukanlah masalah yang berat. Di sejumlah kota di Pulau Jawa, beberapa rumah makan Minang telah memodifikasi cara penyajian tersebut. Di rumah makan Minang tersebut, pengunjung memilih sendiri/memesan dulu menu yang mereka inginkan, baru dihidangkan. Dengan demikian, tidak ada makanan yang disajikan bolak-balik.

Restoran KFC yang sekarang berdiri megah di seluruh belahan dunia dulunya juga begitu. KFC didirikan oleh seorang lelaki dari keluarga miskin bernama Harland D Sanders, kelahiran tahun 1890. Awalnya, sekitar tahun 1930 ia hanya berjualan ayam goreng seperti biasa. Semua kesulitan, pengalaman pahit ia jalanani dengan sabar. Namun dengan tekad baja, kemauan dan kerja keras ia menemukan ide untuk mengubah cara memasak ayam, penampilan restoran serta manejemen restorannya. Ia melakukan modifikasi, ia melakukan pembaruan dari kebiasaan yang ada.

Kini, meski Sanders tak ada lagi, restoran KFC telah mendunia dan dan tak pernah sepi pengunjung dimana-mana. Tak terhitung berapa keuntungan yang berhasil dikantongi waralaba KFC di seluruh dunia.

Juga bisa dibayangkan berapa jumlah tenaga kerja yang bisa diserap dan multiply effect yang ditimbulkan oleh kehadiran KFC. Restoran Minang, jika ditemukan formulasi dan manajemennya yang tepat, bukan tak mungkin mengikuti sejarah perjalanan KFC, dari Ranah Minang merambah Dunia. Siapa berminat? (*)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar